Guna mengatasi wabah demam berdarah, Singapura membuat sebuah inovasi lain daripada yang lain. Negara tersebut mengatasi para nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan menggunakan nyamuk yang dibesarkan di laboratorium. Nyamuk-nyamuk tersebut dibesarkan di laboratorium dengan di tubuhnya diberi bakteri Wolbachia.
Nyamuk tersebut merupakan nyamuk jantan yang membawa bakteri yang akan membuat para induk betina mandul karena bakteri tersebut mencegah telur menetas. Nyamuk-nyamuk jantan ini juga dibesarkan agar mereka dapat bersaing dengan para nyamuk liar. Dengan cara ini, populasi nyamuk dapat berkurang secara bertahap.
Proyek ini mulai memasuki fase keempat pada November 2019 lalu. Sebelumnya, pada fase ketiga yang mencakup 144 blok perumahan, terjadi penekanan sebesar 90 persen.
CEO NEA Tan Meng Dui mengatakan, jika fasilitas ini memiliki banyak fungsi. Ada teknologi seperti sistem pemberian makan otomatis, tempat pemeliharaan untuk pertumbuhan pupa, dan pelepasan nyamuk.
Teknologi ini membantu petugas NEA meningkatkan jumlah nyamuk yang dipanen dan dilepaskan dalam periode lebih singkat. Selain itu, ada juga sistem daur ulang air yang memungkinkan NEA memulihkan sampai 70 persen air limbah.
“Selain memberi kami skalabilitas untuk memperluas pelepasan nyamuk aedes jantan dengan Wolbachia, ini juga berfungsi untuk solusi inovatif,” kata Tan.
Dalam video yang diunggah di Facebook Nas Daily, dijelaskan singkat tentang nyamuk aedes aegypti yang terinfeksi dengan bakteri Wolbachia disebut nyamuk baik. Sedangkan nyamuk betina yang belum terinfeksi disebut nyamuk jahat.